Pada
bagian ini kita akan lebih mendalam lagi dalam memaknai jihad yang sbenarnya.
Yaitu pengertian jihad menurut syariat. Kita akan sama-sama kaji bagaimana
syariat memaknai kalimat jihad itu sendiri. Apakah hanya sebatas bersungguh-sungguh dan
mencurahkan segala kemampuan? Atau lebih ari hal itu semua.
Jawaban
akan segera kita ketahui dalam pemaparan berikut ini. Pemaparan yang akan tersaji
bukanlah berdasarkan prakiraan, prasangka dan duga-duga. Namun pengertian dan
tafsir dari kaliamat jihad itu sendiri akan langsung dijelaskan oleh Al-Quran,
setelah itu baru diejalaskan oleh Hadits nabi Muhammad saw, lalu yang terakhir akan
diterangkat oleh tafsir para mufasirin dan para ulama jihad.
Dalam
Al-Quran, Hadits dan pendapat para ulama. Semuanya sepakat pada satu perkataan,
bahwa pengertian JIHAD secara syariat adalah bermakna perang. Tiada makna lain
yang lebih tepat untuk mengartikan kalimat-kalimat jihad itu selain dari
PERANG.
Semuanya
sumber menyatakan seperti itu. Tidak ada yang bertentangan kecuali mereka yang
hendak menipu Allah dengan lisan-lisan mereka. Bagaimana tidak menipu Allah,
bagi orang-orang yang mengatakan jihad bukanlah bermakna PERANG. Sementara
pengertian dan penafsiran Ayat Al-Quran sendiri mengartikan perang.
Jika
kita memakai metode tafsirul kitab bil kitab (menafsirkan ayat Al-Quran
dengan ayat yang lainnya) akan sudah bagi kita semua bahwa jihad menurut
syariat bermakna PERANG. Begitu pula jika kita memakai metode penafsiran Kitab
bis Sunnah (menafsirkan AL-Quran dengan hadits-hadits nabi Muhammad saw),
kita akan mendapat penjelasn bahwa Kalimat Jihad dalam Al-Quran adalah bermakna
PERANG. Maka tidaklah heran jika para sahabat dan para ulama pun sepakat pada
satu perkataan bahwa yang dimaksud dengan kalimat JIHAD dalam Al-Quran adalah
berarti PERANG.
Marilah
kita lihat ketarangan dalam Al-Quran bahwa kalimat JIHAD yang Allah maksudkan
adalah perang. Mari kita perhatikan ayat-ayat berikut ini :
Dalam
surat At-Tawbah ayat 41 satu tersebut betapa jelas bagi perintah jihad. Seruan
jihad yang dimulai dengan kalimat perintah untuk keluar dari tempat kita
berdiam. Kita diperintahkan berangkat dari tempat kita berdiam baik dalam
keadaan lapang maupun sempit. Lalu setelah kalimat itu diikuti dengan seruan
jihad dijalan Allah. Kalau bukan perintah jihad itu berarti perang apalagi yang
lebih tepat? Jika bukan kalimat jihad itu berarti perang mengapa diperingatkan
dan ditekan dengan begitu kerasnya agar berangkat baik itu dalam keadaan lapang
maupun sempit.
Kemudian
marilah kita coba perhatikan lagi ayat ke 86 di surat yang samam :
“dan
apabila diturunkan suatu surat (yang memerintahkan kepada orang munafik itu):
"Berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah beserta Rasul-Nya",
niscaya orang-orang yang sanggup di antara mereka meminta izin kepadamu (untuk
tidak berjihad) dan mereka berkata: "Biarkanlah Kami berada bersama
orang-orang yang duduk." (Q.S At-Tawbah : 86).
Dalam
terjemahan yang dibuat oleh departemen agama RI pengertian orang-orang yang
duduk pada kalimat terakhir pada ayat di atas adalah orang-orang yang tidak
ikut berperang. Dengan begitu kita bisa mengetahui bahwa kalimat “berjihadlah”
dalam ayat tersebut berarti berperanglah.
Lalu
jika memang kalimat Jihad dalam ayat tersebut di atas bukan bermakna perang?
Untuk apa orang-orang menafik memnta izin kepad nabi Muhammad agar tetap
tinggal bersama orang-orang yang tinggal di situ? Maka jelaslah bagi kita bahwa
kalimat BERJIHADLAH dalam surat At-tawbah ayat 86 ini bermakna perang.
Sama
hal keterangan ayat di atas dengan kalimat jihad yang terdapat pada Surat
An-Nisa ayat 95 :
Begitu
pula halnya keterang itu jelas sekali bisa kita baca surat Al-Anfal ayat 72 :
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya
pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain
lindung-melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum
berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka,
sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan
kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan
kecuali terhadap kaum yang telah ada Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan
Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S
Al-Anfal : 72)
Dan
sesungguhnya masih banyak ayat-ayat Allah lainnya dalam Al-Quran yang
menunjukan bahwa kalimat JIHAD itu berarti PERANG. Lalu masihkah kita meragukan
keterangan Al-Quran? Sementara kita mengakui bahwa kita mengimani Al-Quran.
Lalu masihkah kita menafikan keterangan Al-Quran yang menyatakan JIHAD itu bukan
perang? Sementara kita mengatakan Al-Quran Kitabullah dan dijamin
kebenanarannya. Kalau begitu apalagi alasan kita untuk tidak menyatakan bawa
JIHAD itu bermakna PERANG.
Subhanallah,
begitu gamblang dan jelas Allah memberi keterangan pada kita tentang makna
jihad secara syariat. Betapa tiada alasan lagi untuk kita semua meragukan
keterangannya yang nyata ini. Ayat Allah begitu jelas, keterngannya begitu
nyata. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang menutup mata dan pura-pura
tidak tahu tentang makna jihad yang sesungguhnya.
Begitu
pula Rasululloh menerangkan dalam hadits-haditsnya, bahwa JIHAD itu
sesungguhnya bermakna perang. Bukan hanya banyaknya hadit-hadits beliau saja
yang menyatakan hal itu. Aka tetapi beliau pulalah yang menjadi pelakunya.
Beliau memakanai JIHAD itu secara syariat adalah perang. Maka berpuluh-puluh
kali Rasululloh saw berangkat ke medan peertempuran.
Dan
berikut ini adalah beberapa hadits yang menunjukan bahwa yang dimaksudkan Jihad
itu adalah perang.
Dari
Amru bin Abasyah berkata: Seorang bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Islam
itu? Beliau menjawab:”hatimu menyerah dan orang-orang muslim selamat dari
gangguan tangan dan lisanmu. Ia berkata:”Islam seperti apa yang paling
utama?” Beliau menjawab: “Al-Iman”. Ia bertanya:”Apakah Iman itu?”
Beliau menjawab: ” Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
Rasul-Rasul-Nya dan kebangkitan setelah mati.” Ia bertanya lagi: “Iman
seperti apa yang paling utama?” Beliau menjawab: “Hijrah”. Ia bertanya: “Apakah
Hijrah itu?” Beliau menjawab: “Engkau tinggalkan kejahatan.” Ia bertanya
lagi: “Hijrah seperti apa yang paling utama?” Beliau menjawab:
“Al-Jihad.” Ia bertanya lagi: “Apakah Jihad itu? Beliau menjawab: ”
Engkau perangi orang-orang kafir jika engkau jumpai dimedan perang.” Ia
bertanya lagi: “Jihad seperti apa yang paling utama?” Beliau menjawab:
“Siapa yang dilukai anggotanya dan dialirkan darahnya.” (HR
Ahmad).
Subhanalloh,
begitu lugas Rosululloh Muhammad menjawab pertanyaan sahabat dalam masalah
JIHAD. Tak ada keraguan dan tak ada pula satu perkataan penghalangan dan
perumpamaan dalam menjelaskannya. Dengan begitu tegasnya Rosululloh menjelaskan
bahwa JIHAD itu adalah memerangi orang-orang kafir. Sekali lagi, keterangan
dari hadits Muhammad ini menyatakan Jihad adalah berarti perang.
Begitu
juga seperti yang diungkapkan dalam hadit di bawah ini. Hadits di berikut ini
juga menggambarkan keadaan para sahabat nabi. Jika dikatakan kepada mereka
tetang jihad, maka mereka akan langsung tertuju pusat pikirannya ke perang
melawan orang kafir.
Dari
Abu Qutadah ra, dari Rasulullah saw, bahwasannya baginda telah berdiri
dikalangan mereka kemudian menyebutkan, “Sesungguhnya Jihad fie Sabilillah dan
Iman kepada Allah itu adalah amal-amal yang paling utama.” Maka berdirilah
seseorang kemudian ia berkata: “Wahai Rasulullah bagaimana pendapat tuan
sekiranya saya terbunuh fie sabilillah, apakah semua dosa-dosa saya terhapus?”
kemudian Rasulullah menjawab: “Ya, jika engkau terbunuh fie sabilillah
sedangkan engkau sabar, semata-mata mencari pahala, maju terus, tidak mundur.”
Kemudian Rasulullah saw berkata: “Bagaimana tadi apa yang engkau katakan?” Ia
bertanya: “Bagaimana pendapat tuan sekiranya saya terbunuh fie sabilillah,
apakah semua kesalahan saya juga akan terhapus? Maka Rasulullah menjawab: “Ya,
sedangkan kamu bersabar, semata- mata mencari pahala, maju terus tidak mundur,
kecuali hutang (tidak akan terhapus), karena sesungguhnya Jibril as mengatakan
demikian kepadaku.” (HR Muslim no.1885).
Begitu
pula dengan para ulama sepakat bahwa jihad menurut syariat adalah berarti
perang. Mereka menyatakan Bahawasannya Jihad itu jika dinyatakan secara mutlak
tanpa qayyid maksudnya adalah bermakna Qital (Perang) dan
mengerahkan kemampuan daripadanya untuk meninggikan kalimatullah. Dan ta'rif Jihad
yang lebih mendasar dan lebih mencakup adalah yang dinyatakan dalam Mazhab
Hanafi yaitu: "Mencurahkan kemampuan dan kekuatan dengan berperang di
jalan Allah SWT, dengan jiwa, harta dan lisan dan selain itu." (Al-Kisani,
Badai'u Ash-Shanai'i 9/4299).
Ibnu
Rusyd mengatakan: "Setiap orang yang meletihkan dirinya di dalam mentaati
Allah, maka sungguh ia telah berjihad di jalanNya, kecuali bahawasanya
perkataan 'Jihad fie Sabilillah' bila dinyatakan secara mutlak, maka
dengan kemutlakannya itu tidak dapat diartikan selain dari: "Memerangi
orang orang kafir dengan pedang, hingga mereka masuk kedalam agama Islam atau
membayar Jizyah dari tangan mereka, sedang mereka dalam keadaan hina." (Muqaddimah
Ibnu Rusyd 1/369).
Dan
perkataan 'fie Sabilillah' jika dinyatakan secara mutlak atas sesuatu
perbuatan, yang dimaksud adalah Jihad yang maknanya Perang. Oleh
karena itu kita lihat banyak para ulama penyusun berbagai kitab mencantumkan
hadis-hadis yang mengandung perkataan 'fie Sabilillah' di dalam bab-bab Jihad.
Misalnya Hadis:
"Sesiapa
yang berpuasa sehari fie sabilillah niscaya Allah menjauhkan mukanya
dari api neraka 70 tahun perjalanan." (Fathul Bari no. 2840, Kitabul
Jihad, Bab Fadlus Soum fie Sabilillah 6/47).
Untuk
lebih menyakinkan kita rujuk kitab kitab: Shahih Bukhari, Sunan Nasai, Sunan
Tirmidzi, At-Targhib wat Tarhib, dan lain-lain.
Ibnu
Hajar berkata: "Dan yang tidak memerlukan pemikiran yang panjang untuk
memahami lafaz 'fie sabilillah adalah Jihad."
Dari semua pemaparan di atas nampaknya kita
harus sepakat bahwa JIHAD menurut syariat berarti dan bermakna perang. Begitu
telah panjang kata-kata dirangkaikan semiga bisa mendatangkan kepaham kepada
kita semua. Dan begitu telah banyak ayat dituliskan, semoga dapat membuat kita
semakin mengimani kebenaran yang datangnya dari Allah tersebut. Sehingga kita
mampu memaknai JIHAD sesuai makna yang sesungguhnya
mantap....
BalasHapusBlog Mas Huda jua mantap :)
BalasHapus