Jumat, 06 April 2012

Fase pertama : Fase Berjihad Dengan Diperintahkan Untuk Bersabar

Inilah fase pertama dari pejalan jihad Rasululloh dan para sahabat. Fase ini terjadi pada periode Islam masih di Mekkah. Yaitu pada saat islam baru saja mulai didakwahkan kepada masyarakat jahilian Mekkah dan para pemuka musyrik Quraisy. Dalam fase ini tidak syariatkan oleh Allah untuk berjihad dengan mengangkat senjata. Pada masa ini berjihad dengan terus menahan diri dari berperang.

Pada fase inilah masanya berjihad dengan menggunkan lisan. Karena pada fase ini diperintahkan untuk berjihad dengan menggunakan hujjah dan argument yang bersumbarkan dari ayat-ayat Al-Quran. Pada masa inilah periode menyampakan risalah Islam pada masyarakat dunia umumnya dan khususnya masyarakat Quraisy hanya dengan menggunakan hujjah dan argumentasi saja.




Sebagaimana Allah firmanakan dalam Al-Quran :

“Dan andaikata Kami menghendaki benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul).  Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan Jihad yang besar.” (Q.S Al-Furqaan : 51-52).

Ibnu Qayyim mengatakan bahwa : “Firman Allah dalam surat Al-Furqaan di atas memerintahkan berjihad dengan bersabar dan terus melawan mereka orang-orang kafir  dengan berhujjah terhadap meraka dengan ayat-ayat Al-Quran. Karena ayat ini turun dalam periode Makkah yang belum disyariatkan untuk berperang.”

Pada fase ini benar-benar dilarang untuk mengangkat senjata. Bahkan ketika keluarga Yasir disiksa dengan begitu kejamnya. Tidak ada yang rasululloh lakukan selain dari mengirmkan doa untuk keluarga Yasir. Padahal kita pastilah semua tahu bagaimana begitu sadisnya keluarga Yasir di siksa. Tubuh Yasir dipangang dalam besi panas di atas bara perapian yang menyala-menyala hingga darahnya menetes pecah terbakar panas. Lalu ibu beliau pun tidak kalah sadisnya. Ibunya diikat dua tangan dan kakinya dengan dua kuda yang berlawanan arah. Lalu kuda itu dipukul disuruh berlari ke arah yang saling berlawan dan saling menajauh, hingga tubuh ibunda Yasir terbelah menjadi dua bagian.

Lalu apa yang rasululloh lakukan? Hanya bersabar dan mengirimkan doa untuk keluarga yasir yang syahid itu. Apa karena beliau takut? Bukan, sunguh sama sekali bukan. Beliau lakukan itu karena diperintahkan oleh Allah :
 
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah, karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S Al-jatsiyah : 14).

Bahkan pada saat beberpa orang sahabat yang dipimpin oleh Abdur Rahman Bin ‘Auf datang mengeluh kepada nabi tentang semua penyiksaan yang mereka alami. Mereka pu berkata : “ Dahulu kami dalam keadaan mulia ketika kami masih dalam keadaan musyrik. Lalu apakah kami harus menjadi hina setelah kami beriman?” Nabi pun hanya menjawab :

“Aku diperintahkan untuk mema`afkan, maka janganlah kalian mengangkat senjata!”

Kondisi ini terus beelangsung, bahka ketika peristiwa baitul Aqobah yang kedua kondisinya pun masih sama. Umat Islam terus diperintahkan untuk bersabar. Setelah selasai pembaitan Aqobah yang ke dua beberpa penduduk dari Yastrib memnita izin kepada nabi untuk menyerang penduduk Aqobah dengan pedang. Dan lagi-lagi nabi menjawab dengan kata “ Aku belum diperintahkan untuk hal itu.

Kemudian nabi pun membacakan ayat Al-Quran dari surat Annisa ayat 77 :

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada Kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (Q.S An-Nisa : 77).

Inilah yang menjadi dalil bahwa dalam periode mekkah ini dilarang untuk mengangkat senjata. Dalil ayat di atas sangat jelas bahwa kaum muslimin diperintahkan untuk bersabar. Dan hal ini pun menjadi kesepakat para ulama yang dinuqilkan oleh Imam Al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya.

0 komentar:

Posting Komentar